3.1.h. Demontrasi Kontekstual - Modul 3.1
Wawancara dengan Pimpinan/Kepala Sekolah
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan
Tugas demontrasi konstektual modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Pemenuhan praktik pengambilan keputusan tersebut saya memiliki tugas mewawancarai kepala sekolah di lingkungan saya mengajar dan kepala sekolah lain. Proses wawancara dilakukan menggunakan panduan pertanyaan wawancara (Guiding Questions for the Interview) yang nantikan akan saya analisis praktik pengambilan keputusan dilema etika tersebut di antara para pemimpin yang Anda wawancarai, dan kaitkan dengan pengetahuan Anda sendiri tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian. Berikut pertanyaan pemandu yang akan gunakan:
- Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?
- Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
- Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
- Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
- Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
- Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan
- Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
- Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Narasumber : Nastiti Rahayu, M.Pd
Instansi : SMAN 1 Baturraden
Hari,tanggal : Jumat, 18 Oktober 2024
Masalah yang terjadi sebenarnya bukan hanya masalah kepala sekolah tetapi juga merupakan masalah kita bersama. Setiap orang adalah pemimpin, tapi kepala sekolah memiliki kebijakan. Dilema dalam pengambilan keputusan adalah keraguan dalam mengambil keputusan yang terbaik dari yang paling baik atau yang baik dari pilihan-pilihan yang buruk. Untuk mengambil sebuah keputusan Ibu Nastiti Rahayu mendengarkan terlebih dahulu dan mencari duduk akar permasalahan lalu saya mendiskusikan dengan dengan Waka sesuai dengan situasi dan kondisi. walaupun saya kepala sekolah tetapi ini untuk kebaikan warga sekolah. Maka sebelum saya mengkonfirmasi saya harus berdiskusi. Diskusi merupakan jalan yang harus saya hadapi dengan waka yang berkepentingan sesuai dengan situasi dan kondisi. Baru dari situ saya pilah-pilah akar permasalahannya dari mana sebenarnya karena yang paling memahami situasi dalam SMAN 1 Baturraden adalah gurunya sendiri.
Contoh pengambilan keputusan kasus dilema, ada teman-teman yang belum paham tentang peraturan saya harus mengingatkan terlebih dahulu saya tidak mungkin menegornya langsung, saya harus bijaksana dalam mengambil keputusan, sebelum mengkonfirmasi Ibu Nastiti mendengarkan dan mencari duduk akar permasalahan lalu mengkonfirmasi kasus tersebut kepada yang bersangkutan atau keputusan yang berada di bawah tanggung jawab saya misalnya dalam koperasi SMAN 1 Baturraden, sebetulnya kondisi koperasi SMAN 1 Baturraden berbeda dengan koperasi sekolah lain yang pernah saya pimpin. Disini saya menanyakan bagaimana dan kenapa? tidak mungkin saya bisa menyamakan dengan koperasi sekolah lain. Karena di sini kantin merupakan usaha koperasi, akan tetapi di sekolah lama saya atau di sekolah lain kantin bukan merupakan usaha koperasi.
Regulasi ke atas tetap harus saya junjung tapi bagaimanapun saya harus punya kebijakan yang harus di sesuaikan misalnya. Regulasinya pramuka merupakan ekstrakurikuler tetapi masih di pandang perlu maka sebetulnya kebijakan kepala sekolah juga harus di buat. walaupun regulasi mas Mentri ekstrakurikuler saya bisa menerapkan kebijakan sifatnya wajib hanya untuk kelas X, itu merupakan kebijakan saya untuk meningkatkan disiplin siswa.
Tantangannya bagaimana cara saya berkomunikasi dengan baik. Karena sesuatu yang baik bila komunikasi kurang baik akan menjadi kurang baik. Tantangan itu berada di saya, saya harus tetap tenang dalam mententukan dan menyampaikan keputusan agar guru lain dapat menerima ide-ide saya dengan baik.
Setiap hari atau kapan pun saya harus dapat membina, karena posisi saya sebagai pembina, akan tetapi bagi saya hari jum'at adalah hari yang penting jadi kurang tetap bila melakukan pembinaan di hari tersebut terkait mengkaji permasalahan kasus-kasus dilema yang saya hadapi. Menjadi kepala sekolah saya yang paling banyak belajar, belajar mendengarkan dan belajar sabar.
B. Hasil wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Kemutug Kidul
Narasumber : Supriyanto, S.Pd.SD
Instansi : SDN 2 Kemutug Kidul
Hari,tanggal : Senin, 21 Oktober 2024
Dilema etika yang saya alami yaitu ketika guru kelas mengikuti kegiatan di luar sekolah, karena di SD kita beda tidak memiliki guru pengganti, dan untuk siswa SD belum bisa di tinggal mengerjakan tugas tanpa di dampingi guru kelas. Yang paling ditakutkan adalah ketika anak anak di kelas tanpa guru yang mendampingi akan melakukan yang yang berbahaya. Biasanya guru kelas hanya bisa digantikan oleh guru Mapel Agama dan guru Mapel PJOK saja. Sehingga terkadang bila ada guru yang terlalu sering kegiatan di luar sekolah pada saat jam KBM. Guru yang mengcover terkadang malas, karena selalu menggantikan dan tidak bisa menyelesaikan tugas atau pekerjaannya sendiri. Menurut saya ini adalah hal yang efektif memang harus ada yang menggantikan. Kondisi tertentu bila kita kekurangan guru, kepala sekolah terkadang turun tangan untuk masuk kedalam kelas mengcover kelas yang kosong.
C. Analisis praktik pengambilan keputusan dilema etika tersebut di antara para pemimpin yang Anda wawancarai, dan kaitkan dengan pengetahuan Anda sendiri tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian.
Setelah saya melakukan interview 2 kepala sekolah yang berbeda saya menemukan hal menarik dalam proses pengambilan keputusan dilema etika yang di ambil oleh kepala sekolah tersebut. pada wawancara pertama kepala sekolah memberikan contoh kasus koperasi dan kegiatan kepramukaan dimana dalam proses pengambilan keputusan Ibu Nastiti Rahayu menggunakan paradigma individu lawan kelompok dan jangka pendek lawan jangka panjang. Sedangkan pada saat wawancara kedua Bapak Supriyanto menggunakan paradigma pengambilan keputusan jangka pendek lawan jangka panjang. Kedua Kasus dilema etika di dua sekolah tersebut sangat unik karena kasus tersebut di alami secara nyata sesuai dengan kultur budaya sekolah masing-masing.
Kasus-kasus dilema etika tersebut mengambil keputusan berdasarkan 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu; berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli. Hal ini terlihat jelas pada saat wawancara dengan Ibu Nastiti Rahayu menyelesaikan kasus koperasi yang merupakan tanggung jawab beliau sebagai pemimpin, kasus tersebut dikaji lebih dalam sehingga ibu Nastiti Rahayu menggunakan prinsip berbasis hasil akhir, pada kasus kepramukaan beliau menggunakan prinsip berbasis peraturan. Sedangkan pada wawancara kedua Bapak Supriyanto menggunakan prinsip berpikir berbasis rasa peduli.
Dalam langkah pengambilan keputusan kedua kepala sekolah sudah menerapkan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Sehingga hasil akhir keputusan yang di ambil memberikan nilai yang terbaik dan yang baik.
D. Kesimpulan Praktik Pengambilan Keputusan Dilema Etika Tersebut di Antara Para Pemimpin
Kesimpulan yang saya tarik mengenai kasus dilema etika kedua pemimpin di atas walaupun memiliki kasus yang berbeda tetapi cara penyelesaian kasus sesuai dengan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan. Hal ini sama-sama menjadi pegangan yang di pakai oleh kedua kepala sekolah. Perbedaan yang saya rasakan adalah semakin besar suatu sekolah maka semakin banyak kasus dilema etika atau bujukan moral yang dialami, sedangkan sekolah seperti SD memiliki kasus yang lebih sederhana. Hal ini menjadi pembeda dan tidak mungkin bisa sama. Menurut saya yang paling menonjol adalah kasus dilema etika di SMA Negeri 1 Baturraden untuk menggali nilai-nilai yang bertentangan beliau melakukan konfirmasi kepada para waka-waka dan guru yang terlibat langsung. Semakin banyak PTK di dalam sekolah tersebut semakin banyak pula proses menggali nilai-nilai yang saling bertentangan.
Dalam proses pengambilan keputusan dilema etika kedua pemimpin di atas menggunakan sembilan langkah proses pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang di ambil memberikan keputusan yang terbaik dari yang baik. Setiap kepala sekolah memiliki cara tersendiri untuk mengukur kesuksesan mereka dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. efektivitas pengambilan keputusan terlihat dari hasil yang di peroleh dimana keputusan tersebut mempererat hubungan.
E. Refleksi Hasil Wawancara
Setelah melakukan analisis serta menarik kesimpulan atas kasus dilema etika yang dialami oleh kepala sekolah di atas. Saya memiliki sebuah gambaran mengenai pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan. Manusia adalah makhluk pembelajar yang akan terus belajar sepanjang hayat. guru/ kepala sekolah harus dapat menjadi contoh dari nilai-nilai kebajikan. Kepala sekolah harus berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan tersebut sebagai aksi nyata, jangan sampai kita sebagai guru/kepala sekolah malah terlibat dalam kasus bujukan moral yang negatif.
Hasil wawancara menunjukan kepala sekolah mengambil keputusan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Adanya keterlibatan tim untuk mencapai tujuan bersama. Komunikasi terbuka selalu di lakukan dalam proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang di ambil kepala sekolah juga tampak menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.
Saya mewawancarai kepala sekolah mendapatkan banyak pengalaman baru mengenai kasus-kasus dilema etika dan bujukan moral. Hal ini menambah wawasan saya tentang penerapan pengambilan keputusan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan. Selanjutnya saya akan menerapkan konsep pengambilan dan pengujian keputusan dengan menggunakan 4 paradigma , 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pedoman saya dalam pengambilan keputusan.
Klik tulisan di atas
0 Response to "3.1.h. Demontrasi Kontekstual - Modul 3.1"
Posting Komentar