Koneksi Antar Materi Modul 2.3
Nama : Dewi Rorowulan, S.Pd
CGP : Angkatan 11 Kabupaten Banyumas
- Buatlah sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi blog.
- Bacalah pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut:
- Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
- Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?
A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh
Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan murid
Pembelajaran sesuai kodrat anak melalui permainan
Dalam menenuhi kebutuhan dasar murid praktik pembelajaran dengan pendekatan berdiferensiasi memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar muri. Agar dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru dapat merencanakan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar, minat dan bakat murid. Guru diharapkan dapat mengetahui dimana posisi murid-muridnya saat mereka akan belajar dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Proses pembelajaran berdiferensiasi akan berbeda-beda untuk setiap murid, untuk setiap mata pelajaran, untuk setiap materi, dan bahkan untuk setiap waktu, karena dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan kemampuan seorang anak mungkin saja berbeda dari waktu ke waktu.
Menurut Carol Ann Tomlinson dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms, guru bisa memberikan sentuhan keberagaman ke dalam 3 aspek berikut ini:
a. Diferensiasi Konten
Diferensiasi konten meliputi penggunaan berbagai format penyampaian, menyediakan berbagai cara untuk mengeksplorasi hasil pembelajaran, peserta didik akan menemukan cara yang berbeda untuk menghubungkannya.
b. Diferensiasi Proses
Pemberian waktu kepada siswa untuk melakukan refleksi, menggunakan strategi seperti Think-Pair Share, membuat jurnal, dan berbicara dengan pasangan. Diferensiasi proses yang terus-menerus digunakan akan memberikan dampak positif jangka panjang pada pembelajaran.
c. Diferensiasi Produk
memberikan pilihan kepada siswa dan mengizinkan mereka untuk membuat produk hasil belajar mereka terhadap suatu materi. Kunci dari diferensiasi produk adalah punya kriteria akademis yang jelas dan mudah dipahami oleh para siswa.
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:
Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org (Links to an external site.)) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian ini, bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.
Kompetensi sosial dan emosional menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Hal tersebut ditandai oleh Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE): Kesadaran diri, Manajemen diri, Kesadaran sosial, Keterampilan sosial, keterampilan berelasi dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab.
Coaching untuk Supervisi Akademik
Coaching dalam Pendidikan selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Pelaksanaan coaching di sekolah juga memiliki fungsi sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid.
Kompetensi Inti Coaching yaitu : Kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot.
Proses pelaksanaan coaching dengan alur percakapan membantu peran coach dalam membuat percakapan coachingmenjadi efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA yang merupakan singkatan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung jawab.
2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Setelah mempelajari modul 2 ini saya menjadi sangat Bahagia dan semakin semangat mempelajari materi PGP. Karena banyak sekali ilmu yang bermanfaat yang baru saya ketahui di PGP ini. Apalagi kegiatan pembelajaran yang dikemas menarik membuat saya sangat antusis dalam mempelajari modul 2 ini.
3. Apa Yang Sudah Baik Berkaitan Dengan Keterlibatan Dirinya Dalam Proses Belajar
Kegiatan belajar mengajar di kelas saya sudah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan minat dan bakat murid. Selain itu saya juga sudah memunculkan nilai-nilai KSE dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk menumbuhkan karakter pelajar Pancasila.keterlibatan diri saya dalam proses belajar sudah tentu sebagai pemimpin pembelajaran, akan tetapi saya juga menjadi coach untuk murid saya, saya membimbing murid saya yang sangat berbakat dan murid yang sangat tidak berbakat di dalam olahraga, dengan tujuan meningkatkan potensi terbaik murid.
4. Apa Yang Perlu Diperbaiki Terkait Dengan Keterlibatan Dirinya Dalam Proses Belajar
Sebagai pemimpin pembelajaran sudah pasti memiliki keterlibatan diri dalam proses belajar. Hal yang perlu diperbaiki dalam kegiatan belajar nebgajar yaitu guru harus mampu menyajikan pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan kodrat mereka. Selainitu saya juga perlu meningkatkan kompetensi saya sebagai coach agar dapat membangun percakapan yang memberdayakan potensi rekan sejawat kita.
5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi.
Sebagai calon guru penggerak saya melihat materi modul 2 ini sebagai pengembangan kompetensi pedagogi, kepribadian, professional dan sosial karena setiap kompetensi tersebut memiliki focus pengembangan untuk meningkatkan profesionalitas sebagai seorang pendidik.
B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh
Pada dasarnya pembelajaran yang berpihak pada murid merupakan tujuan utama kita sebagai pendidik. Sebagai pendidik kita harus mampu menyediakan materi pembelajaran yang berpihak pada murid, pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat murid. Murid yang belajar sesuai dengan minat dan bakat akan lebih cenderung berhasil dalam proses pembelajaran. Sekarang dengan adanya pembelajaran berdiferensiasi bukan lagi murid yang menyukai mapel pelajaran tertentu saja akan tetapi murid yang memiliki gaya belajar yang berbeda. Selama saya menjadi seorang guru banyak sekali pelabelan yang ditanamkan oleh guru, misalnya murid yang paling pintar matematika, murid yang paling pintar Bahasa Indonesia dan mapel lainnya. Sedangkan murid yang pintar mapel PJOK sering kali di labelkan dengan murid yang bikin onar dikelas, tidak bisa diam, dan sebagainya. Pernahkah kita berpikir bahwa saat mapel pelajaran khususnya di dalam kelas anak yang memiliki gaya belajar kinestetik tidak diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai minatnya.
2. mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru;
Pernyataan yang saya munculkan di atas apabila pembelajaran berdiferensiasi disosialisasikan dan dipraktikkan oleh semua guru di sekolah. Murid akan menjadi murid yang paling Bahagia karena diberikan kesempatan untuk meningkatkan potensinya. Begitu juga dengan dengan PSE murid yang bahagian akan mudah memiliki nilai nilai PSE.
3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP
Tantangan bagi saya sebagai CGP harus dapat memberikan contoh teladan yang baik bagi guru dan murid. Terlebih lagi masih banyak guru di sekolah saya yang mengajar hanya menyampaikan materi pembelajaran tambah menggunakan pendekatan pembelajaran berdeferensiasi, masih sangat jarang di sekolah saya guru yang memahami KSE untuk PTK, apalagi proses supervise akademik hanya sebatas formalitas saja.
4. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
solusi yang saya identifikasikan untuk dapat membuat perubahan di sekolah yaitu saya bekerjasama dengan kepala sekolah menyampaikan maksud dan tujuan saya terkait pembelajaran berdiferensisasi, PSE dan Coaching untuk supervise akademik. Selain itu saya juga mengajak Kerjasama dengan Waka Kurikulum untuk mensosialisasikan kegiatan materi modul 2 melalui kegiatan IHT.
C. Membuat keterhubungan
1. Pengalaman masa lalu
sebelum saya mempelajari modul 2 ini saya sudah mengetahui pembelajaran berdiferensiasi akan tetapi saya belum mengetahui bahwa pembelejaran berdiferensiasi di bagi kedalam deferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Pembelajaran sosial emosional ternyata juga dapat diterapkan di dalam proses pembelajaran. PSE ini sangat menarik bagi saya karena guru harus dapat menumbuhkan karakter siswa. Sebelum saya mempelajari coaching untuk supervise akademik proses supervisi di sekolah sangat menakutkan bagi saya karena saya hanya mengalami 1 proses saja yaitu observasi.
2. Penerapan di masa mendatang
Setelah saya mempelajari modul 2 ini dengan baik, dimasa yang akan datang saya harus dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid melalui pembelajaran berdiferensiasi yang menerapkan PSE dalam setiap kegiatan pembelajaran. Mengajak rekan sejawat untuk dapat memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Saya juga berharap saya dapat menjadi supervisor supaya memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas.
3. konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Konsep atau praktik baik pada Modul 1 PGP yaitu Filosofi Pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak dan budaya positif. Saya sudah melakukan praktik baik aksi nyata dalam materi modul tersebut sebagai cara meningkatkan kompetensi saya sebagai CGP.
4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
Sebagai guru saya harus dapat mencari informasi atau referensi pembelajaran dari sumber lain di luar bahan ajar PGP. Informasi bahan yang saya pelajari saat ini untuk menunjang sumber belajar saya sebagai CGP yaitu di bidang informatika. Saya mencoba mempublikasikan melalui media online blog hasil pembelajaran PGP saya agar dapat berdampak bagi orang banyak dengan cara hosting. Untuk meningkatkan kemampuan IT, saya juga menjadi creator Template video pada aplikasi CapCut dimana untuk meningkatan kreativitas saya dalam menyampaikan pesan melalui video pembelajaran
0 Response to "Koneksi Antarmateri - Modul 2.3"
Posting Komentar